CIANJUR | MAGNETINDONESIA.CO – Pedagang Pasar Induk Cianjur (PIC) menolak naiknya besaran retribusi. Penetapan tarif retribusi oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Cianjur itu diberlakukan per 1 Januari 2020.
“Kondisi pasar sendiri masih tetap sepi. Maka itu, kami menolak penaikan retribusi,” kata Ketua Dewan Pengurus PIC, Habib Hud Alaidrus, kepada magnetindonesia.co, Jumat (17/1/2020).
Habib Hud tak memungkiri penaikan retribusi sudah dikomunikasikan sebelumnya. Namun, hingga saat ini belum ada kesepakatan dari kalangan pedagang lantaran kondisi pasar belum memungkinkan.
(Baca Juga:Â Pemkab Cianjur Agendakan Rencana Revitalisasi Pasar Tradisional)
“Pembahasan soal retribusi naik sudah dilakukan sejak Oktober 2019. Tapi hingga kini belum ada keputusan final,” tegasnya.
Menurut Habib Hud, sah-sah saja seandainya tarif retribusi naik kalau kondisi transaksi di kalangan pedagang berjalan normal, sehingga pedagang tidak berkeberatan.
(Baca Juga:Â Tuntut Janji Pemkab, Ribuan Pedagang PiC Datangi Pendopo Cianjur)
“Sekarang saja banyak pedagang yang bangkrut karena sepi pembeli. Dari 3.400-an pedagang, tinggal tersisa 1.900-an pedagang lagi,” sebutnya.
Untuk mengaktifkan aktivitas PIC, kata Habib Hud, salah satu solusinya dengan memindahkan para pedagang di Pasar Muka (Ramayana). Usulan itu pernah mencuat, tapi tidak ada respons dari Pemkab Cianjur.
“Katanya semua pedagang akan dialihkan ke Pasar Induk. Tapi masih banyak berjualan di tempat lainnya. Ini yang jadi masalah, karena pembeli lebih memilih berbelanja ke pasar lain dengan alasan jarak tempuh yang lebih dekat,” ungkapnya.
