Dukung Ketahanan Pangan Lokal, Petani asal Palabuhanratu Tanam Berbagai Komoditas Hortikultura

PETANI hortikultura di Blok Perumaham Taman Sari sedang memetik cabai. Foto: Magnet Indonesia

SUKABUMI | MAGNETINDONESIA.CO – Hasil pertanian menjadi basis ketahanan pangan lokal, regional, hingga nasional. Karena itu, pemerintah sangat konsen memerhatikan sektor pertanian agar hasilnya tetap stabil di tengah pandemi covid-19. Satu di antaranya pemberdayaan petani lokal dengan melakukan penanaman berbagai komoditas pertanian untuk menjaga ketahanan pangan.

Deda Sudarman, salah satu petani di Blok Perumahan Taman Sari Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi, misalnya. Meskipun belum resmi terdaftar di Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi lantaran belum membentuk wadah kelompok tani (poktan), Deda giat melakukan penanaman berbagai komoditas pertanian untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Di lahan seluas 2 hektare itu ditanami berbagai komoditas hortikultura. Seperti pisang, buah naga, singkong, pepaya, dan cabai. Hasil pertaniannya Deda jual ke pasar dan sebagian dibagikan ke tetangga maupun mereka yang membutuhkan.

“Alhamdulillah, selama satu tahun bertani hidup saya tidak kekurangan. Setiap hasil panen saya bagikan ke tetangga, sebagian dijual ke pengepul,” ungkap Deda, Selasa (18/5/2021).

Konsep lahan pertanian milik Deda seperti agrowisata. Sebab, di areal pertanian itu terdapat gazebo, kolam, dan fasilitas lainnya untuk mendukung kelancaran penanaman. Namun ia belum berpikir ke arah pertanian berkonsep agrowisata.

“Belum punya mimpi areal pertanian ini akan dijadikan agrowisata. Kan perlu modal cukup besar. Sedangkan modal saya hanya pas-pasan. Yang penting saya sekarang punya rutinitas menanam komoditas holtikultura,” ujarnya.

Sementara bibit tanaman hortikultura itu didapat Deda dari hasil penyetekan dan beli di petani lain. Selama ini, ia belum pernah mendapatkan bantuan bibit maupun sarana produksi pertanian (saprotan) dari Dinas Pertanian setempat. Soalnya, kegiatan bertani yang ia tekuni saat ini hanya bersifat mandiri atau seorang diri.

“Kemungkinan ke depan saya akan meminta bantuan bibit dan saprotan ke pemerintah daerah. Tapi caranya saya belum tahu,” kata Deda.

Kepala UPT Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi Wilayah IV Palabuhanratu, Ira Nuryanti, mengatakan petani yang mandiri tanpa membentuk poktan sulit mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sebab, poktan yang sudah resmi dibentuk tentunya memiliki legalitas sebagai petani dan saat berkegiatan bercocok tanam juga akan mendapatkan bimbingan dari penyuluh lapangan.

“Kami fasilitasi jika ada petani yang ingin membentuk perkumpulan. Sehingga bantuan pun mudah disalurkan kepada poktan yang sudah terdaftar di dinas,” tandasnya. (adv)

Reporter:  Acep Ahmad Safei
Editor:  Bardal

BACA JUGA   Warga Desa Ciwaru Tolak Aktivitas Pengolahan Tambang Emas Rakyat

Add New Playlist