“Kantor BPP juga berfungsi sebagai tempat pertemuan dari berbagai kalangan masyarakat, selain petani. Saya banyak berdiskusi dengan para pelaku utama pertanian. Banyak gagasan besar muncul dalam diskusi itu,” ungkapnya.
Keberhasilan lain Diat yakni melakukan pendampingan terhadap Kelompok Wanita Tani (KWT) Warnasari yang memiliki kebun agroeduwisata ‘Maya Wortel’ hingga berbagai hasil pertaniannya bisa dijual melalui online dan tembus pasar di luar daerah selain di Kota dan Kabupaten Sukabumi. Dengan begitu, kiprah ia sebagai penyuluh yang selalu mendampingi Kelompok Tani (Poktan) maupun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tak diragukan lagi.
Saat ini di Kecamatan Sukabumi dijadikan sebagai pilot project program BDSP YESS yang diluncurkan Kementerian Pertanian. Bukan Diat namanya jika tidak mencoba mengikuti perkembangan di bidang pertanian tersebut.
Diat pun sekarang aktif di dunia siaran Podcast hasil kerja sama antara BPP Kecamatan Sukabumi dengan Widyaiswara Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BP3) dan Widyaiswara BBPKH Cinagara Bogor. Podcast bertema Colenak (Celoteh Edukasi Peternak) dan Ngopi Manis (Ngobrol Bareng Petani Masalah Agribisnis) itu mengulas seputar pertanian dan teknologi yang sedang berkembang saat ini.
“Sekarang kan sedang booming Podcast. Kami ingin berbagi informasi maupun ilmu pengetahuan kepada petani, penyuluh, mahasiswa, pelajar, pegawai, dan ibu rumah tangga lewat Podcast ini,” tuturnya.
Ia meyakini dengan adanya Podcast, masyarakat tidak ketinggalan informasi mengenai seputar pertanian dan ilmu pengetahuan lainnya. Media edukasi seperti ini juga harapan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), agar penyuluh selalu mendampingi petani di berbagai kesempatan. Karena tanggung jawab penyuluh bukan hanya sekadar pertanian menjadi maju, tetapi bagaimana penyuluh mampu berinovasi.