“Jenis tanaman itu diaplikasikan oleh 10 kelompok masyarakat dengan jumlah sekitar 300 orang. Program pengembangan sektor pertanian di Kasepuhan Adat Ciptagelar ini akan berakhir pada Agustus 2023,” tambah Kano.
Selain pengembangan sektor pertanian, OISCA Jepang melalui OISCA Sukabumi training center dan Children’s Forest Program (CFP) juga sudah memberikan program pelatihan di bidang sosial budaya, lingkungan hidup, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Wakil Bupati Sukabumi, Iyos Somantri, menegaskan, program OISCA merupakan solusi pemberdayaan masyarakat Kasepuhan Adat Ciptagelar dalam meningkatkan perekonomian. Pengembangan komoditas hortikultura dan agroforestri ini sebagai penyeimbang tanaman padi yang dominan ditanam masyarakat adat.
“Di kampung adat ada larangan tidak boleh menjual hasil panen padi. Melalui program OISCA ini sangat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka,” ucapnya.
Di tempat sama, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Sri Hastuty Harahap, menambahkan, pengembangan sektor pertanian jenis tanaman hortikultura dan agroforestri di kampung adat bisa memotivasi petani di wilayah lain untuk mengadopsinya. Termasuk merangsang petani milenial semakin bermunculan di Kabupaten Sukabumi.
“OISCA ini menularkan ilmu cara bercocok tanam komoditas hortikultura dan agroforestri yang baik dengan hasil panen melimpah. Kami apresiasi program pengembangan sektor pertanian yang berkelanjutan dari negara Jepang ini,” pungkasnya. (adv)
Reporter:Â Fadillah
Editor:Â Hafiz Nurachman