Setelah tamat Sekolah Rakyat (SR), beliau melanjutkan pendidikan ke Pesantren Pabuaran asuhan KH Mahmud. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan ke MTs dan MA di Pondok Pesantren Sirojul Athfal (sekarang Almasthurriyyah) Tipar Cisaat Sukabumi asuhan KH Masthuro. Di Pesantren Almasthuriyah beliau mulai mengenal cara berorganisasi yang kelak menjadi salah satu medan dakwahnya.
Setamat di Pesantren Almasthuriyyah beliau melanjutkan pendidikan di pesantren dan berguru kepada KH Humaidi Cikaret Sukabumi. Perjumpaannya dengan KH Humaidi mengawali pengetahuannya tentang politik dan pengelolaan pemerintahan. KH Humaidi sendiri adalah seorang alim ulama bidang agama sekaligus juga seorang politisi dan anggota DPR.
Kegigihan KH Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab mempelajari segala hal yang baru tidak diimbangi dengan ketersediaan waktu KH Humaidi. Melihat kondisi ini, KH Humaidi menitipkan beliau kepada KH Mahmud Mudrikah Hanafi di Pesantren Siqoyaturrohmah Salajambu.
Bersama KH Mahmud Mudrikah Hanafi, beliau belajar dan menajamkan ilmu fiqh, tauhid, tashawwuf, ma’ani, badi’, bayan, ushl al-fiqh, musthalah al-hadits, dan berbagai disiplin ilmu agama lainnya.
Kemudian beliau melanjutkan untuk meningkatkan ilmu agamanya dengan belajar di Pondok Pesantren Riyadhul Mutafakkirin (sekarang Darul Hikam) Cibeureum Sukabumi asuhan KH Aang Sadili selama 1,5 tahun. Di pesantren ini beliau mendalami ilmu balaghoh sehingga beliau mendapat gelar ‘Abuy Bulagho’.
Beliau mempelajari pentingnya istiqamah bagi seorang pejuang Allah (Da’i). KH Aang Sadili Allohuyarham sepertinya melihat kepentingan Ajengan Zezen. Dalam pandangannya, Ajengan Zezen bukan saja harus kaya secara ilmu, namun teruji secara praktis. Atas dasar itu, Ajengan Zezen disarankan belajar kepada Kyai Muqtadir di Longkewang, Kabupaten Cianjur. Bersama Kyai Muqtadirlah, beliau mempelajari berbagai disiplin ilmu alat (terutama nahwu dan sharaf) yang makin dimatangkan.