<strong>SUKABUMI</strong> | <strong>MAGNETINDONESIA.CO</strong> - Dunia usaha bidang perhotelan, terutama di kawasan wisata pantai di Kabupaten Sukabumi, dinilai masih stagnan. Okupansi yang diharapkan meningkat seiring gencarnya promosi objek-objek wisata, belum cukup terdongkrak. "Selama 2019, bagi dunia usaha perhotelan mungkin disebut masa-masa sulit. Okupansi yang selama ini jadi andalan para pengusaha hotel, ternyata tidak menunjukan geliatnya. Bahkan cenderung turun dibanding sebelumnya," kata Komisi Tetap Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat Bidang Pariwisata, Dadang Hendar, Kamis (2/1/2020). Dadang yang juga owner Hotel Augusta ini menegaskan okupansi tak berbanding lurus dengan biaya operasional dan biaya perawatan hotel yang makin meningkat. Kondisi itu juga dipicu naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) serta tarif dasar listrik. "Imbasnya, harga bahan baku yang lain pun otomatis terus meningkat. Kondisi ini mengakibatkan banyak hotel yang ditawarkan untuk dijual atau di-take over pengelola ke pihak ketiga dengan harga jauh menguntungkan. Kalau tidak begitu, para pengusaha hotel akan semakin kesulitan," jelas Dadang. (Baca Juga: <a href="https://www.magnetindonesia.co/2019/06/tingkat-okupansi-meningkat-pengelola-hotel-di-palabuhanratu-semringah/">Tingkat Okupansi Meningkat, Pengelola Hotel di Palabuhanratu Semringah</a>) Lesunya geliat usaha perhotelan diperparah juga dengan agenda politik nasional, regional, maupun lokal sangat menciptakan suasana tidak nyaman bagi wisatawan. Dinamika dan gejolak politik dinilai Dadang cukup berpengaruh terhadap okupansi hotel. "Sekarang mulai menjamur vila-vila liar dan penginapan ilegal yang makin membuat pengusaha hotel makin sulit. Belum lagi kompetisi perang harga di antara pengusaha hotel yang tentu memicu persaingan tidak sehat," ucapnya.<!--nextpage--> Faktor lain pemicu melemahnya okupansi hotel yakni akses infrastruktur jalan. Sejauh ini, lanjut Dadang, kemacetan di wilayah Sukabumi menjadi faktor wisatawan enggan berkunjung ke objek wisata. "Pemerintah sekarang sedang mempercepat penyelesaian tol Bocimi dan double track kereta api Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung. Kami harap ini bisa segera terealisasi, jangan sampai pengusaha hotel nanti banyak yang gulung tikar," tegasnya. (Baca Juga: <a href="https://www.magnetindonesia.co/2019/06/tingkat-okupansi-meningkat-pengelola-hotel-di-palabuhanratu-semringah/">Tingkat Okupansi Meningkat, Pengelola Hotel di Palabuhanratu Semringah</a>) Pemkab Sukabumi mempunyai peran penting merawat dan meningkatkan kualitas jalan yang sudah ada untuk disiapkan jadi jaringan jalan alternatif pada saat tol Bocimi beroperasi. Pasalnya, volume kendaraan dari luar kota yang masuk ke Sukabumi diprediksi bakal melonjak. "Memasuki 2020, tentu harapan kami ada resolusi dari pemerintah. Harga juga harus dikendalikan sehingga inflasi bisa lebih terkendali dari tahun 2019. Semoga gejolak politik lebih stabil sehingga tidak mengganggu iklim investasi terutama di Sukabumi," terangnya. Pun dengan telah ditetapkannya Geopark Ciletuh Palabuhanratu menjadi Ciletuh Palabuhanratu UNESCO Global Geopark, Dadang berharap ada keseriusan semua pihak untuk bersinergis membangun dan mengembangkan pariwisata secara berkesinambungan dan konsisten. Sehingga semua elemen bisa saling menguatkan dalam mewujudkan visi-misi geopark yaitu memuliakan bumi dan menyejahterakan masyarakat. "CPUGG harus menjadi destinasi wisata international yang sesungguhnya. Kalau itu tercapai, niscaya kelestarian alam akan terjaga dan peningkatan ekonomi tentu akan dirasakan segenap lapisan masyarakat," tandasnya.<!--nextpage--> <strong>Kontributor</strong>: Agris Suseno <strong>Editor</strong>: Hafiz Nurachman