Berly menduga, sebagian luas tanah milik neneknya menyusut lantaran diduga telah diambil-alih oleh pemerintah desa pasca-pemekaran yang mengacu pada PP Nomor 10 Tahun 1961 dan Undang-undang Landeform. Bahkan tak sedikit tanah yang sudah beralih kepemilikan, terutama di ruas jalan nasional tidak bisa disertifikasi oleh Kantor ATR/BPN. Terlebih, kala neneknya masih hidup hingga meninggal tidak pernah menjual-belikan maupun menghibahkan tanah kepada pihak lain.
“Ini perlu segera dilakukan inventarisir, mana aset desa, mana tanah hak milik keluarga kami? Di mana luasan aset desa yang masuk ploting kepemilikan tanah nenek saya cukup luas. Inventarisir diawali dari aset tanah desa dulu, baik Desa Karangpapak maupun Desa Cimaja. Kami juga meminta Pemkab Sukabumi harus turun tangan atas persoalan ini,” tuturnya.
Selain Letter C atas nama Nyi Eni Binti Edi, terdapat juga Letter C atas nama Iyok Rosilawati yang merupakan anak keenam almarhumah dan ibu kandung Berly Lesmana. Objek tanah milik perorangan seluas 440 hektare itu terbagi ke dalam beberapa blok dan persil yang berada di Desa Karangpapak.
“Kenapa kutipan Letter C atas nama Nyi Eni Binti Edi hilang begitu saja? Sekalipun tidak ada Letter C-nya yang diduga dihilangkan oleh oknum-oknum perangkat desa terdahulu, tapi keluarga kami sudah punya alat bukti sebagai penguat berupa sertifikat yang masuk ploting tanah nenek saya,” ungkap Berly.
“Apabila jajaran perangkat Desa Karangpapak maupun Desa Cimaja dalam beberapa kali pertemuan atau musyawarah dengan pihak ahli waris tidak mau membuka diri dan tidak kooperatif atas permasalahan tanah ini, maka saya akan membuat dumas (pengaduan masyarakat) ke Polres Sukabumi,” tambah Berly menegaskan.
