Nuril mengapresiasi Presiden RI, Joko Widodo, yang sangat menghargai para santri. Buktinya, Presiden menetapkan peringatan Hari Santri Nasional.
“Santri sangat menghargai sesama umat Islam karena memang di pondok diajarkan akidah dan akhlak yang baik kepada sesama manusia. Ini adalah modal besar santri untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih baik,” jelasnya.
Ketua Umum PB Al Washliyah, KH Yusnar Yusuf, mengatakan seandainya terjadi perpecahan umat Islam hanya gara-gara beda pilihan dalam Pilpres, maka yang terjadi adalah kemunduran bangsa. Masyarakat yang bertikai tidak kenal capres, begitupun sebaliknya, sehingga yang terdampak hanya berkorban sia-sia.
“Berbagai masyarakat Islam harusnya mampu membangun harmonisasi. Alquran mengajarkan bahwa marahlah pada saat yang pantas untuk marah dan perbanyaklah diam untuk kemudian memberikan manfaat dan hidayah untuk orang lain, termasuk pada keluarga,” bebernya.
Saat ini, kata dia, di Indonesia, terutama menjelang Pilpres, banyak ustaz yang mengesampingan pondasi ajaran agama Islam. Masyarakat bahkan seolah diajak untuk mengukur agama calon pemimpin. Padahal ukuran agama dirinya sendiri tidak bisa dihitungnya.
“Perpecahan umat Islam saat ini terjadi di Indonesia karena pilihan politik. Ini sama terjadi pada masa Rasulullah SAW. Perpecahan umat ini tidak bisa dihindari, tapi bukan karena pilihan politik, namun karena pemahaman agama Islam. Karena itu tolok ukur persatuan di Indonesia adalah seberapa besar masyarakat mengimplementasikan Pancasila,” pungkasnya.