SUKABUMI | MAGNETINDONESIA.CO – Penjaga pintu Bendungan Cipeundeuy di Desa/Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, mulai was-was dengan meningkatnya intensitas curah hujan akhir-akhir ini. Pasalnya, debit air yang juga meningkat dikhawatirkan bisa berdampak terhadap konstruksi bendungan dan pintu air.
“Yang jadi was-was itu karena kondisi bangunan dan pemutaran pintu irigasi berkarat dan rusak. Kami khawatir kalau debit air terus meningkat, nanti sulit dibendung,” ujar Winata, Petugas Operasi Bendungan (POB) Cipeundeuy, kepada magnetindonesi.co, Kamis (24/1/2019).
Bersamaan musim hujan, debit air di Bendungan Cipendeuy bisa mencapai 50-80 liter per detik. Volumenya relatif cukup besar lantaran normalnya di bawah 50 liter per detik.
“Air di sini digunakan mengairi lahan sawah,” tegasnya.
Selain konstruksi yang mulai rusak, bendungan yang dibangun tahun 1919 itu mengalami sedimentasi. Sepengetahuannya, sejak 1992 sampai sekarang bendungan belum pernah dilakukan pengerukan secara besar-besaran.
“Saat ini mesin penguras bendungan dalam kondisi rusak. Sejak 2013, mesin ini tidak dapat digunakan,” terangnya.
Keberadaan Bendungan Cipeundeuy sangat berpengaruh terhadap kegiatan pertanian. Utamanya mengairi lahan pertanian di Desa Gunugguruh, Sirnaresmi, dan Kebonmanggu di Kecamatan Gunungguruh serta beberapa desa di Kecamatan Cikembar. Bendungan ini mampu mengairi areal persawahan dengan luas 516 hektare.
“Luas sawah yang dapat diairi saat ini paling tinggal sekitar 50 hektare. Banyak sawah di desa-desa yang mengandalkan Bandungan Cipeundeuy terancam kekurangan pasokan air,” tandasnya.